Posted by: lizenhs | May 7, 2010

PERSIAPAN MASUK PERGURUAN TINGGI: PENGALAMAN ZULKIFLI TAHER

PERSIAPAN MASUK PERGURUAN TINGGI: PENGALAMAN ZULKIFLI TAHER

Tulisan yang akan anda baca berikut ini, judul semula adalah “Persiapan Masuk Perguruan Tinggi (pengalaman pribadi)” pada Lintas Limapuluh Tahun SMA I Landbouw Bukittinggi, ditulis oleh Zulkifli Taher. Diedit seperlunya dan diubah judul, tapi maksud utama tulisan tidak berubah. Bagus dibaca oleh siapapun, khusus siswa SMA ataupun pelajar SMP, bahkan tidak ada salahnya dibaca oleh mahasiswa. Mudah-mudahan bermanfaat, dapat menjadi pendorong, memacu untuk belajar lebih giat dan bersemangat mencapai cita-cita.

Pada tulisan asli, Zulkifli Taher mengucapan terima kasih kepada Pak Azwar atas amanat beliau, kakak kelas Agusnadi, teman sekolah Hasbullah, Yazid Bindar, Andi Mulia, Maramis, Fauzi Muluk, Ondri atas kerjasamanya dan Pak Syafri atas segala bimbingan selama belajar. Semoga Allah swt memberikan balasan berlipat ganda. Juga ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada para guru-guru yang telah memberikan ilmu, kepada pagawai tata usaha, petugas kantin, petugas kebersihan, petugas lonceng, dan seterusnya. Semoga Allah swt memberikan balasan berlipat ganda.
Selamat membaca dan menikmati.
Haslizen Hoesin

Tulisan ini adalah melengkapi tulisan “Pesan Pak Sjaiful Jazan Di Tahun 73”, pada kategori Jejak “Masa Lalu”. Ayo……. Ca-Lis-Tung, Belajar Dan Meneliti, pada kategori ‘Yok!, “Baca, Tulis, Hitung” … Eeeeeeuuy’. Silakan Baca juga.

Persiapan Masuk Perguruan Tinggi: Pengalaman Zulkifli Taher

Pendahuluan
Saat mengikuti upacara penyambutan siswa baru angkatan kami di lapangan upacara halaman depan SMA, kepala sekolah waktu itu, Pak Drs. Azwar menyampaikan amanatnya yang sangat berkesan bagi saya. Amanatnya tersebut menjadi suatu tonggak bersejarah dalam kehidupan saya selanjutnya. Begini kira-kira inti amanat Pak Azwar yang saya tangkap: “Bahwa bersekolah di SMA bercita cita untuk melanjutkanya ke perguruan tinggi. Begitu kalian mulai belajar di SMA, saat itu juga kalian harus mulai berpikir dan merencanakan tentang kuliah”.

Bagi saya sebagai anak orang kampung yang baru masuk kota Bukittinggi, tentu pesan itu terasa aneh dan asing. Aneh karena baru saja memulai belajar di SMA tapi sudah disuruh memikirkan tentang kuliah. Masuk SMA saja rasanya sudah merupakan anugerah yang besar apalagi sekarang mulai disuruh memikirkan kuliah.
Terus terang saat itu saya belum pernah memikirkan tentang kuliah dan belum mengenal perguruan tinggi. Maklum di kampung saya tidak banyak orang yang belajar sampai perguruan tinggi. Ada beberapa orang yang kuliah di IAIN dan UNAND Padang sehingga sebatas itu jugalah pengetahuan saya saat itu tentang perguruan tinggi. Tapi sekalipun itu terasa aneh dan asing, amanat Pak Azwar ini saya simpan dalam ingatan sampai sekarang. Ternyata dalam perjalanan proses belajar dan setelah jam-jam pelajaran, amanat beliau ini memang terbukti benar dan tidak aneh. Lihat dan bacalah uraian berikut ini sebagai bukti.

Pengalaman Tinggal Serumah Dengan Kakak Kelas
Semasa sekolah di SMA, saya jauh dari orang tua. Orang tua saya tinggal di Pakandangan, negeri kecil di daerah Padangpariaman yang terletak antara Parikmalintang dan Pauahkamba. Untuk sampai ke Bukittinggi, pertama saya harus naik kendaraan kecil dulu ke Parikmalintang. Kadang-kadang bila tidak ada kendaraan yang lewat terpaksa jalan kaki sekitar 1 jam. Setelah itu dari Parikmalintang baru disambung naik bus ke Bukittinggi.

Di Bukittinggi saya mengontrak paviliun dua kamar yang di isi enam orang. Dalam kamar tersebut hanya ada tempat tidur kayu dengan kasur dan meja besar beserta kursi tempat belajar bersama. Tidak ada lemari karena pakaian cukup disusun pada bagian yang lowong di tempat tidur. Di antara enam orang tersebut di atas, seorang sudah kelas 3, dua orang berada di kelas 2 dan kami sisanya kelas satu yang baru masuk. Semuanya sama-sama satu sekolah.

Inilah pengalaman bergarga saya melihat kegiatan kakak kelas dalam kegiatan belajar. Satu orang yang kelas tiga di samping giat belajar pelajaran sehari-hari juga asik membuat semacam karya tulis. Karya tulis tersebut di tulis tangan di atas kertas double folio bergaris. Setelah kami tanyakan, ternyata di kelas tiga diwajibkan membuat makalah yang merupakan tugas dari pelajaran Bahasa Indonesia. Melihat aktifitas tersebut kami mulai mencari-cari topik apa yang akan kami jadikan tugas serupa nantinya, walaupun masih dua tahun lagi.

Sementara kakak kelas, kelas dua, lebih sering membolak balik buku-buku diantaranya ada yang setebal 5 cm dari kertas stensilan. Karena panasaran, disaat buku tersebut tidak dipakai, kami coba melihat dan membacanya. Ternyata buku tersebut adalah kumpulan ujian masuk perguruan tinggi. Kami menjadi ciut melihat buku itu karena soal-soal ujian di dalamnya bukan hanya berasal dari dua atau tiga tahun sebelumnya tapi mulai dari dua puluh tahun yang lalu. Ada yang namanya soal ujian Skalu, Sipenmaru dan seterusnya. Sebagian besar, terutama yang berasal dari tahun “jadul” bentuk soalnya adalah esai, yang untuk memperoleh jawaban harus diuraikan penyelesaianya. Soal-soal yang berasal dari beberapa tahun sebelumnya berbentuk pilihan ganda.
Buku-buku tebal itu setiap hari dikutak-katik terus oleh kakak kelas. Bila dia temui ada soal yang belum dipelajari di sekolah cukup sekedar dibaca dan kemudian dilewatkan saja sambil diberi tanda. Suatu saat setelah dipelajari di kelas, barulah kembali ke soal tersebut. Bila ada hal-hal yang baru ditemukan yang belum pernah dipelajari di kelas, maka mereka membuat catatan berbentuk resume pada buku catatan khusus.
Setelah kami naik kelas dua, buku-buku tersebut kami pinjam dan kami mengikuti cara-cara belajar yang dilihat selama ini. Kakak kelas tersebut adalah Agusnadi alumni Teknik Industri ITB.

Belajar Bersama
Enak punya teman yang baik. Beberapa kali saya di ajak belajar bersama oleh seorang teman ke rumahnya. Teman pertama yang mengajak belajar bersama masih saya ingat sampai sekarang, namanya Hasbullah. Sejak tamat sekolah sampai sekarang belum pernah ketemu lagi.

Saya pergi kerumahnya belajar beberapa kali. Saya masih ingat suasana rumahnya sangat tenang dan bangunanya dari kayu yang rapih dikelilingi beberapa kolam ikan. Kami belajar kimia dengan mengerjakan soal-soal pada buku pelajaran dari sekolah. Pada awalnya masing-masing kami sama-sama tidak mengerti dan tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut. Tapi setelah diskusi dan tukar pendapat, ternyata beberapa soal mulai dapat diselesaikan dengan benar.

Tidak semua soal yang ada dapat diselesaikan tapi kami mulai merasakan betapa dahsyatnya belajar bersama. Kami merasakan ada proses saling memberi dan saling menerima. Ada saatnya kita diterangkan atau diajarkan dan ada juga saatnya kita harus menerangkan atau mengajar. Pengetahuan yang tersebar pada masing-masing peserta dikumpulkan menjadi pengetahuan bersama sehingga masing-masing peserta menjadi lebih kaya pengetahuanya. Kami makin bersemangat untuk tetap melakukan belajar bersama secara rutin.

Gabung Dengan Grup Belajar Lain
Semasa sekolah suasana di SMA kalau sore hari banyak siswa-siswa yang datang belajar berkelompok. Ruang kelas tetap terbuka dan kami bebas masuk untuk belajar. Semua fasilitas di dalam kelas dapat kami gunakan. Belajar di kelas tingkat atas siang hari sangat enak. Angin berembus sepoi sangat sejuk dari celah-celah jendela kaca.
Beberapa kali kami gabung dengan grup belajar yang lain saling berbagi pengetahuan. Beberapa kenangan yang masih saya ingat adalah tatkala mengikuti penjelasan dari seorang teman di depan kelas. Teman tersebut menerangkan di depan kelas dengan menggunakan kapur dan papan tulis. Layaknya seorang guru tanpa ada rasa ragu dan canggung. Kami yang diajarinya sangat menikmati.

Walaupun kami berasal dari grup belajar yang lain dan juga kelas yang berbeda, tapi teman tersebut tidak pelit berbagi ilmu. Satu soal yang dia ajarkan saat itu adalah cara penyelesaikan soal yaitu pada suhu berapa antara celcius dan Fahrenheit bernilai sama. Jawabanya adalah – 40, atau – 40 oC = – 40 oF. Pada saat saya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, soal yang persis sama dengan ini ada terdapat dalam soal yang saya hadapi. Sehingga tanpa buang waktu dan tenaga saya sudah bisa menjawabnya dengan benar dan cepat karena telah dibahas dan mengetahui jawaban sebelumnya.

Teman yang mengajar kami tersebut adalah Yazid Bindar yang saat ini telah bergelar DR. Ir. dan mengajar di Jurusan Teknik Kimia ITB.

Belajar Dengan Guru
Berkat jasa baik dari seorang teman sekelas, saya diajak belajar bersama ke rumah Pak Syarfi. Pak Syarfi adalah guru yang sangat baik dan popular di SMA. Mungkin tidak ada siswa SMA disekolah saat itu yang tidak mengenal beliau. Di samping itu kami pada umumnya mendambakan untuk bisa belajar dengan beliau.

Ajakan tersebut saya anggap suatu anugerah dan langsung saya terima. Jadilah kami tiga hari dalam sepekan pada sore hari bersama-sama sekitar sepuluh orang datang dan belajar ke rumah Pak Syarfi. Pak Syarfi mengajar kami dengan sangat terarah dan sistimatis. Tidak hanya mata pelajaran kimia tapi juga fisika dan matematika. Setelah memberikan ringkasan teori, pelajaran dipusatkan ke penyelesaian soal-soal. Terutama soal-soal yang berasal dari ujian saringan masuk perguruan tinggi.

Di kemudian hari, banyak sekali contoh soal-soal sejenis yang telah kami kerjakan disini ditemui saat kami mengikuti ujian saring masuk perguruan tinggi. Tentunya berbekal pengalaman belajar dengan Pak Syarfi, kami tidak perlu banyak menghabiskan waktu menyelesaikan soa-soal sejenis. Kami sangat terbantu dengan adanya proses belajar ini.
Teman yang mengajak saya belajar dengan Pak Syarfi adalah Andi Mulya yang sekarang menjadi pengusaha terkenal di kota Padang. Teman-teman lain yang ikut belajar bersama yang masih saya ingat adalah Fauzi Muluk, Maramis, Ondri, dll.

Menimba Pengalaman Alumni
Beberapa kali alumni yang berhasil datang ke sekolah. Kami dikumpulkan bersama di aula (lantai 3) dan mereka memberikan semacam ceramah atau pidato tentang pengalaman dan perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan sekolah di SMA. Ceramah yang diberikan sangat menarik penuh dengan motivasi untuk membangkitkan semangat serta trik-trik menuju keberhasilan.

Walaupun ruangan penuh sesak sehingga terasa lebih panas, tapi waktu tiga jam tidak terasa. Selesai mengikuti ceramah, semangat belajar kembali menjadi bergelora.

Penutup
Akhirnya Zulkifli Taher mengatakan, bahwa tulisan yang sedang anda baca ini sangatlah sederhana. Perbedaan zaman dan keadaan serta perubahan peraturan-peraturan sekitar penerimaan mahasiswa baru membuat pengalaman pribadi ini mungkin tidak aktual untuk diikuti. Namun ada beberapa hal perlu digaris bawahi dan menurut saya (Tarmizi Taher) tetap actual sampai sekarang yaitu:

Pertama, pesan yang disampaikan oleh Pak Azwar, kepala sekolah saat itu supaya memikirkan tentang persiapan ke perguruan tinggi sejak dini. Pasang niat sejak dini dan mulai melakukan persiapan-persiapan sejak dini juga.

Kedua, kerjasama atau belajar bersama sangat membantu proses belajar dan pemahaman. Jangan pernah merasa pelit untuk berbagi pengetahuan. Bila seseorang bisa mengajari orang lain, pada saat itu tingkat pemahamanya juga meningkat. Begitu juga jangan pernah merasa malu atau segan untuk bertanya kepada teman yang lain. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Belajar bersama dapat mengurangi kekurangan masing-masing karena saling memberi dan saling menerima.

Ketiga, belajar dari orang lain yang telah berpengalaman dapat membuka dan memperluas wawasan serta fokus kepada tujuan. Banyak berhubungan dengan alumni untuk minta pendapat dan nasehat adalah tindakan yang sangat positif. Alumni mempunyai latar belakang serta pengalaman yang sangat beragam baik dalam hal pendidikan maupun pengalaman kerjanya. Berhubungan dengan alumni pada saat ini sangat mudah dengan menghubungi alumni atau masuk ke website alumni.

Empat, Dalam proses belajar, bahwa di kelas adalah kerangka utama pelajaran SMA didapatkan dan pengetahuan ini menjadi dasar utama baik dalam menempuh ujian saringan masuk perguruan tinggi bahkan juga cara belajar di perguruan tinggi.

Lima,Pengalaman jalan hidup yang dipaparkan di atas tentunya merupakan kegiatan penunjang dalam belajar. Kegiatan utamanya tetap pada proses pengajaran di dalam kelas mulai kelas satu sampai kelas tiga selama tiga setengah tahun, sejak awal tahun 1976 sampai pertengahan tahun 1980.

Pengalaman cara belajar yang dijalani Tarmizi Taher ini, dapat juga digunakan untuk mempersiapkan diri masuk Sekolah Lanjutan Menengah Atas – SLTA (SMA, SMK atau yang sederajat) bagi pelajar yang sedang berada di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama – SLTP (SMP atau yang sederajat), bahkan dari S1 ke S2 dll.

Baca juga
Pesan Pak Sjaiful Jazan di Tahun 73, pada kategori ‘Jejak Masa Lalu’. https://lizenhs.wordpress.com/2010/04/16/pesan-pak-sjaiful-jazan-di-tahun-73/
Suasana dan Semangat Belajar di Tahun Bagolak Kasus di Bukittinggi.  https://lizenhs.wordpress.com/2010/10/31/suasana-dan-semangat-belajar-di-tahuh-bagolak-kasus-di-bukitinggi/
Ayo Ca Lis Tung Belajar dan Meneliti.  https://lizenhs.wordpress.com/2008/12/23/ayo-ca-lis-tung-belajar-dan-meneliti/
HIDUP INI INDAH DENGAN MEMBACA, KEMUDIAN BUAT DAN SAMPAIKAN https://lizenhs.wordpress.com/2010/03/27/hidup-ini-indah-dengan-membaca-kemudian-buat-dan-sampaikan/
Gelora Masjid Salman ITB: Titipan Restu Ayah Bunda, Kutuk kemalasan  https://lizenhs.wordpress.com/2011/01/01/gelora-salman-masjid-itb-titipan-restu-ayah-bunda-kutuk-kemalasan/


Responses

  1. pengalaman yang menarik dan byk pelajaran yg dpt di ambil dari kisah ini 😀

    • Mudah-mudahan bermanfaat ya Azizah Nur Fitriana

  2. sungguh,bcaan itu menarik diriku tuk lebih giat belajar dan bersosialisasi,..
    terimah kasih eaa,… 😉

    • terima kasih anda telah berkunjung mudah-mudahan bermanfaat


Leave a reply to Badriyah Sanshol Cahaya K'sucian Cancel reply

Categories