Posted by: lizenhs | June 20, 2016

ENERGI PANAS BUMI PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK

ENERGI PANAS BUMI PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK

Oleh: Haslizen Hoesin

KATA PENGANTAR

Para pembaca Bukik Ranah Ilmu (BRI) yang terhormat, berikut ini Ambo/saya menyajikan tulisan tentang Panas Bumi untuk Pembangki Energi Listrik, sebagai penambah wawasan atau pemahaman awal anda tentang energi pamas bumi (geothermal).  Selamat membaca.

Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia berada di ”ring of fire” dunia, memiliki banyak gunung api.  Gunung api disamping memberikan dampak yang berbahaya juga memberikan anugerah akan ketersediaan energi ramah lingkungan. Potensi energi panas bumi yang dimiliki Indonesia diperkirakan mencapai 28.000 MW dengan potensi sumber daya 13440 MW dan reserves 14.473 MW tersebar di 265 lokasi di seluruh Indonesia (Tambangnews.com).  Sungguh banyak energi panas bumi di Indonesia.

Suatu kenyataan pula bahwa Indonesia merupakan negara pengguna energi terbesar di Asia Tenggara.  Seiring semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan batubara, hal ini memicu kenaikan harga bahan bakar.  Selain itu minyak bumi dan batu bara dinilai sebagai energi tidak berkelanjutan dan ketergantungan Indonesia pada kedua energi tersebut, maka Panas bumi adalah primadona Indonesia untuk menjawab kebutuhan energi Nasional dan global.

PENDAHULUAN

Geothermal merupakan energi yang dihasilkan dari interaksi panas buatan dengan air yang mengalir disekitarnya.  Interaksi tersebut, menghasilkan uap yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.

Berbeda dengan energi fosil, seperti minyak bumi dan batubara, energi geothermal dapat diperbaharui  dengan cara menjaga kandungan air yang berintegrasi dengan panas, berasal dari dalam bumi.

Bila diamati lebih lanjut bahwa energi panas bumi (geothermal) adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Energi panas bumi juga berasal dari energi radiasi matahari yang diserap permukaan bumi.  Energi panas dari bumi ini telah dipergunakan untuk memanaskan ruangan (ketika musim dingin atau memanaskan air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik.  Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) telah dipasang sekitar 10 Giga Watt di seluruh dunia sampai tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia.

Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat area perbatasan lapisan tektonik.

Generator panas bumi pertama, dicoba pada 4 July 1904 di area panas bumi Larderello di Italia oleh Pangeran Piero Ginori Conti.  Daerah sumber panas bumi terbesar di dunia, disebut The Geyser, berada di California, Amerika Serikat.

Pada tahun 2004, lima negara (yaitu El Salvador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika) telah menggunakan panas bumi untuk menghasilkan lebih dari 15% kebutuhan listriknya.

SEJARAH GEOTHERMAL INDONESIA

Sejarah Geothermal (Panasbumi) Indonesia dimulai dari seorang ilmuwan Belanda, bernama J.B. Van Dijk pada tahun 1918.  Dia mengajukan kepada pemerintah katika itu, untuk memanfaatkan sumber energi panasbumi didaerah Kamojang Jawa Barat.  Dari sisi itulah Kamojang, dinisbahkan sebagai lokasi awal pengembangan panasbumi Indonesia.  Menurut Wawan (PGE Area Kamojang), peristiwa itu bersamaan dengan waktu pengusahaan panasbumi dunia di Larderella, Italia.  Bedanya, kalau di Indonesia masih usul, sementar di Italia sudah pengolahan yaitu telah menghasilkan uap alam yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik.

Usul Van Dijk tidak dieksekusi pemerintah Hindia Belanda dengan berbagai pertimbangan.  Pada tahun 1925 ide untuk mengekplorasi sumber panasbumi di Kamojang dicetuskan kembali oleh N. J. M. Taverne, setelah melihat kesuksesan pemanfaatan panas bumi di Italia dan California.  Akhirnya pemerintah Penjajahan Hindia Belanda pun tergerak untuk memulai.

Periode 1926 -1928, merupakan fase awal eksplorasi panas bumi yang ditandai dengan pengeboran sumur pertama di Indonesia, yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Sepanjang perioda itu, berhasil dilakukan pemboran 5 sumur, namun hanya satu yang menghasilkan uap, yaitu KMJ-3.  Sumur KMJ-3 dengan kedalaman 66 m hingga sekarang masih mengeluarkan uap kering dengan suhu 140 derajat Celcius (0C) dan tekanan 2,5 atmosfir (atm).  Sampai saat ini sumur tersebut menjadi satu dari beberapa ikon Desa Wisata Panas Bumi (Geothermal) di kampung Kamojang, disebut Kawah Kereta Api.  Kenyataan ini sekaligus menunjukkan betapa lestarinya energi panas bumi mengingat sudah 91 tahun energi dari sumur tersebut masih ada (aktif).  Kegiatan pengembangan panas bumi Kamojang, praktis terhenti  akibat krisis ekonomi dunia saat itu yang dikenal dengan Krisis Malaise sejak 1928.

PROSES MENEMUKAN ENERGI PANAS BUMI

Sebelum melakukan pengeboran, dilakukan survey, mencari dan menelusuri daerah-daerah yang punya potensi panas bumi (geothermal) [Proses ini disebut survey Geologi].  Batuan dan material dari lokasi dibawa kelaboratorium untuk diukur kandungan kimia fluidanya [Proses ini disebut Survey Geokimia].  Sifat-fisik dari batuan pun diukur [Proses ini disebut survey Geofisika].  Dari data hasil 3 survey tersebut, baru bisa ditentukan lokasi terbaik untuk melakukan pengeboran.  Daerah sekitarnya dibebaskan, termasuk untuk jalan keluar masuk.  Setelah itu barulah dilakukan pengeboran.  Pengeboran bisa menghabiskan waktu  40 – 50 hari agar bisa mencapai lapisan batuan kedap air.  Kemudian dilakukan  uji produksi.  Dari sini diketahui seberapa besar potensi sumur baru.  Setelah uji produksi selesai, pipa-pipa pun mulai disambungkan dari sumur menuju Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi.

MEMBANGUN PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK PANAS BUMI

Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik dimana suhu tinggi dari sumber panas bumi yang tersedia di dekat permukaan. Pengembangan dan penyempurnaan dalam teknologi pengeboran dan ekstraksi telah memperluas jangkauan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi lempeng tektonik terdekat. Efisiensi termal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi cenderung rendah bila fluida panas bumi berada pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan uap atau air mendidih.  Berdasarkan hukum termodinamika, suhu yang rendah membatasi efisiensi dari mesin kalor dalam mengambil energi menghasilkan listrik. Sisa panas akan terbuang, kecuali jika bisa dimanfaatkan secara lokal dan langsung, misalnya untuk pemanas ruangan. Efisiensi sistem tidak mempengaruhi biaya operasional seperti pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil.

SEMANGAT PEMERINTAH INDONESIA (Insprasi dari Kamojang)

Kegiatan pengembangan panas bumi Kamojang, praktis terhenti akibat krisis ekonomi dunia saat itu yang dikenal dengan Krisis Malaise sejak 1928.  Aktifitas pengusahaan panas bumi di Kamojang dilanjutkan kembali 1964.

Selama decade 1970-an pemerintah orde Baru tergerak lagi untuk memanfaatkan  potensi panasbumi Indonesia, melalui kerjasama eksplorasi dengan pemerintah New Zealand, dalam hal ini dilaksanakan oleh Geothermal Energy New Zealand Ltd (GENZL).

Pada periode 1971-1979 dilakukan pengeboran 4 (empat) sumur.  Akhirnya pada 1978, potensi panas bumi di Kamojang terbukti ketika pengeboran pada sumur KMJ-6 menghasilkan uap.  Pemerintah kemudian membangun turbin monoblok untuk menghasilkan listrik. Diperoleh energi berkekuatan 250 Kilo Watt (0.25 MW) yang digerakkan oleh uap dari sumur KMJ-6.  Pilot project 0.25 MW ini diresmikan Menteri Pertambangan dan Energi saat itu (Soebroto), sebagai lapangan panasbumi pertama di Indonesia pada 27 November 1978.

Pemerintah semakin serius, ini terlihat dari kegiatan pada Perioda 1979-2003 yaitu dengan dilaksanakan pengembangan dan pengeboran lapangan Kamojang dengan kapasitas 140 MW.  Pada periode inilah dilakukan pengeboran sumur dan pengembangan jaringan pipa untuk memasok uap ke Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi  (PLTP) unit-1, 2 dan 3, dioperasikan oleh PT Indonesia Power (IP) anak perusahaan PT. PLN.

Pada perioda ini tepatnya pada 1997 ketika terjadi kritis  ekonomo disusul krisis politik, sempat terjadi penundaan pengembangan proyek-poyek geothermal termasuk Kamojang didalamnya.

Pada periosda 2003-2010 pengembangan  lapangan Kamojang dilanjutkan dengan pembangunan PLTP Kamojang Unit-4 (60 MW) oleh PT. PGE.  PLTP Kamojang unit-4 yang beroperasi 26 januari 2008 menggenapkan kapasitas Kamojang menjadi 200MW dan merupakan PLTP pertama milik Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Pada Perioda 2010-2015  PT. PGE kembali membangun PLTP Kamojang Unit -5 (35MW).  PLTP Kamojang Unit -5 beroperasi secara komersial dengan mengalirkan listrik ke PLN pada 29 Juni 2015.

ENERGI PANAS BUMI DAN ENERGI NASIONAL

Indonesia yang berada di ”ring of fire” dunia, memiliki banyak gunung api.  Gunung api disamping memberikan dampak yang berbahaya juga memberikan anugerah akan ketersedia energi ramah lingkungan yaitu panas bumi. Potensi energi panas bumi yang dimiliki Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 28.000 MW dengan potensi sumber daya 13440 MW dan reserves 14.473 MW tersebar di 265 lokasi di seluruh Indonesia. (Tambangnews.com).

Suatu kenyataan pula, bahwa Indonesia merupakan negara penghasil dan pengguna energi terbesar di Asia Tenggara.  Seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan batubara, hal ini memicu kenaikan harga bahan bakar.  Selain itu ketergantungan pada minyak bumi dan batu bara dinilai tidak dapat dilakukan kerena bukan energi yang berkelanjutan.  Panas bumi adalah primadona Indonesia untuk menjawab kebutuhan energi Nasional dan global.

Upaya Pemerintah mendorong pengembangan panas bumi cukup jelas, yaitu Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi dan Peraturan Pemerintah Nomor 59 tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi. Berdasarkan regulasi tersebut telah ditetapkannya 22 (dua puluh dua) Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) yang terdiri dari 8 WKP di Sumatera, 7 WKP di Jawa, 2 WKP di Sulawesi, 3 WKP di Nusa Tenggara dan 2 WKP di Maluku.

Kondisi Geologis Indonesia yang memiliki banyak gunung berapi yang diperkirakan berpotensi untuk menghasilkan listrik sampai 4.000MWh melalui Energi Panas Bumi sampai tahun 2014.  Pemerintah telah mencanangkan untuk membangun jaringan energi panas bumi.  Kebijakan pemerintah mengenai energi panas bumi didukung pula oleh Bank Dunia.

Hasil eksplorasi, menunjukkan bahwa lokasi geothermal yang tersebar di wilayah Indonesia adalah lokasi geothermal suhu tinggi (diatas 2500 C).  Geothermal dengan karakteristik seperti ini sangat ideal untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.

Saat ini mengelola aktifitas pemanfaatan geothermal adalah Pertamina Geothermal Energy (PGE).  Pengelola aktifitas pemanfaatan geothermal dilakukan mulai dari sisi Hulu, yaitu melakukan berbagai aktivitas mulai dari survey ekplorasi sumber-sumber geothermal, sampai dengan sisi Hilir, yakni dengan melakukan proses pembangkit dan pengelolaan energi geothermal menjadi energi listrik.

Sampai saat ini PGE telah berhasil mengidentifikasi tujuh puluh (70) area Geothermal yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.  Area tersebut tersebar di Sumatera , Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi.

Area Geothermal tersebut diantaranya adalah Gunung Sibayak – Gunung Sinabung; Gunung Sibual Buali (Sarulla); Sungai Penuh; Hululais; Lumut Balai  dan Margabayur; Gunung Way Panas (Ulubelu);  Pangalengan; Cibereum Parabakti; Kamojang-Darajat; Karaha Cakrabuan; Gunung Iyang Argopuro; Tabanan; Kotamobagu dan Lahendong.

PROFIL AREA GEOTHERMAL

Total kapasitas terpasang sebagai gambaran awal di empat (4) area yaitu yang dimiliki PGE.  Kapasita terpasang keempat area tersebut  mencapai 402 MW.  Profil ke empat area tersebut adalah Kamojang 200 MW, Lahendong 80 MW, Sibayak 12MW dan Ulubelu 110 MW.

Kamojang 200 MW. 

Area  WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) Kamojang terletak di Kamojang Darajat di Jawa Barat, beroperasi sejak 1982 dengan tingkat produksi listrik sebesar 200 MW, dihasilkan oleh PLTP Unit-1, Unit-2 dan Unit-3  dengan total kapasitas 140 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh PLN serta PLTP Unit-4 sebesar 60 MW dimiliki dan dioperasikan oldeh PGE.

Sumur yang ada di Kamojang saat ini 90 unit, 55 unit sumur produksi.  Selebihnya sumur monitoring dan beberapa sumur abandom.  Sumur abandom adalah sumur yang sudah tidak digunakan lagi baik untuk pengamatan maupun operasional lainnya.

Secara administrasi, lokasi Kamojang berada di Kabupaten Bandung dan Garut Provinsi  Jawa Barat.  Luas total daerah 111 hektar (99,86 hektar di Kab. Bandung dan 11.34 hektar di Kab Garut). Posisinya sekitar 247 km dari Jakarta atau 92 km dari Bandung.  Luas daerah terdiri dari 45 persen kawasan hutan lindung, 54,3 persen kawasan konservasi dan 0, 7 persen lahan penduduk.  Berdasarkan kajian geologi, geofisika dan geokimia, potensi yang ada di Kamojang sekitar 300 MW dan saat ini sudah dimanfaatkan 235 MW.

Lahendong 80 MW

Area WKP Lahendong terletak di Lahendong kota Tomohon, Sulawesi Utara.  PGE membangun unit PLTP pertama di area ini 2004.  Saat itu total kapaitas terpasang yang dihasilkan untuk PLN Lahendong 80 MW, dihasilkan oleh 4 unit PLTP  dengan kapasitas masing-masing 20 MW.

Sibayak 12MW

Area WKP Sibayak terletak di Gunung Sibayak – Sinabung, Sumatera Utara.  Total kapasitas terpasang saat ini 12 MW, terdiri dari satu unit Monoblok 2 MW dan dua unit PLTP 2 x 5 MW.

Ulubelu 110 MW

Area WKP Ulubelu terletak di Way Panas, Lampung.  Beroperasi tahun 2012.  Dua  unit PLTP  dengan kapasitas terpasang masing-masing 55 MW.  Di area Ulubelu masih berjalan proyek pengembangan PLTP unit-3 dan unit-4.

PENGEMBANGAN AREA WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN (WKP)

Di Jawa Barat selain di Kamojang, proyek pengembangan panas bumi berlangsung pula di Karaha meliputi wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan Garut.  Proyek  ini merupakan pengembangan WKP Karaha  Cakrabuana.

Di Sulawesi Utara area Lahendong dilakukan pengembangan sampai unit 6 & 5.  Lokasi Lahendong berada 60 km dari Manado berlokasi di kecamatan Kawangkoan dan Tompaso.

Di Jambi, Proyek Sungai Penuh meliputi pengeboran 10 sumur, serta pengembangan SGS 1 x 55MW.

Di Sumatra Selatan Area Ulebelu.  Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Ulubelu adalah pelopor pengusahaan Energi Panas Bumi Lampung.  Proyek Ulubelu 1 (55 MW) dan 2 (55 MW) di Kabupaten Tanggamus telah beroperasi.  Kehadiran kedua proyek ini telah digunakan sebagai energi pembangkit PLTP Ulubelu dikelola PLN dan mampu memasok 14 persen dari kbutuhan listrik Proyek lain adalah di Kab. Muara Enim dan Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan, proyek ini pengembangan WKP Lumut Balai dan Margabayur.  Di provinsi Bengkulu kabupaten Lebong, merupakan pengembangan dari WKP Hululais 2 x 55 MW.

Potensi Geothermal di Provinsi Lampung hampir 3.000 MW tersebar disekitar 15 lokasi dalam wilayah kabupaten seluruh Provinsi Lampung.  Terdapat 13 titik lokasi potensi sumber energi panas bumi  tersebut adalah Ulubelu (Tanggamus), Way Panas  (Tanggamus), Way Ratai (Pesawaran), Way Umpu (Waykanan), Gunung Rajabasa (Lampung Selatan), Natar (Lampung Selatan) , Sekincau Suoh, Fajar Bulan, Purunan dan  Bacingot (Lampung Barat) dan Suka maju (Bandar Lampung).  Angka 14 persen merupakan hampir dua kali lipat dari porsi penggunaan energi baru terbarukan dalam komposisi energi mix nasional,. berkisar dibawah 8 persen.

Sebagai penutup ambo/saya ucapkan terimakasih atas kunjungan Anda Sahabat.  Semoga tulisan ini bermanfaat (lizen).

PUSTAKA

id.wikipedia.org

Tambangnews.com

Pertamina Geothermal Energy – Green Energy For Indonesia.

Upstream SPEKTRUM Edisi 80 tahun VII April 2014

Upstream SPEKTRUM Edisi 85 tahun VIII Mei 2014

Upstream SPEKTRUM Edisi 93 tahun VIII Mei 2015

Upstream SPEKTRUM Edisi 97 tahun IX September 2015

Beberapa Pustaka Tidak ditampilkan.


Responses

  1. baru baru ini, ada penemuan energi listrik dari pohon kedondong, yang mana supply asam selama pohon itu hidup mk listerik bisa diproduksi, bagaimana faktanya pak?

  2. Ya, saya sudah baca itu bagus ada penemuan baru, Mudah-mudahan ada tindak lanjut dari pemerintah


Leave a comment

Categories