Posted by: lizenhs | July 21, 2023

Mangilang Tabu, Es AIR Tebu, Saka, Gulo Tareh dan Wisata (BAGIAN KEDUA)

Mangilang Tabu, Es AIR Tebu, Saka, Gulo Tareh dan Wisata (BAGIAN KEDUA)

Oleh: Haslizen Hoesin

Pengantar

Para pembaca Bukik Ranah Ilmu https://lizenhs.wordpress.com/, Anda membaca tulisan Mangilang Tabu, Es Air Tebu, Saka, Gulo Tareh dan Wisata terdiri dari Dua Bagian.   BAGIAN PERTAMA berisikan: PENDAHULUAN, TABU (TEBU), TANAMAN TEBU, ASAL USUL TANAMAN TEBU. ASAL USUL TANAMAN TEBU, MENGILANG TEBU, Es Tebu Pelepas Dahaga.Aneka Rasa, SAKA (Gula Merah). BAGIAN KEDUA berisikan: Gula Merah (SAKA), Gulo-gulo Tareh, Gulo-Gulo Tareh/Tare Bukittinggi, WISATA.

Tulisan  Mangilang Tabu, Es AIR Tebu, Saka, Gulo Tareh dan Wisata (BAGIAN PERTAMA dan  BAGIAN KEDUA) berhubungan dengan  Tulisan Air Tebu Murni, Kesehatan, Kecantikan dan Efek Sampingan https://lizenhs.wordpress.com/2023/07/20/air-tebu-murni-kesehatan-kecantikan-dan-efek-sampingan/#more-5710  Selamat membaca Berikut baca dibawah ini

Gula Merah (SAKA)

Sebelum gula merah dapat dijual, proses pembuatannya cukup lama. Tebu-tebu yang telah dikumpulkan harus diperas dengan tenaga kerbau sampai semua air tebu keluar (disebut menggiling tebu). [2] atau Proses Pembuatan Saka

Proses Pembuatan Saka  

Mangilang tebu (penggilingan tebu) sebelum berlangsung, mata kerbau ditutup dengan tempurung kelapa yang diikat dengan kain. Tujuannya adalah kerbau tetap patuh dan berjalan berputar secara terus-menerus. [2]

Proses menggiling tebu (mangilang tebu) kurang lebih selama tiga jam. Air tebu yang sudah dikumpulkan dalam wadah kemudian dimasak hingga mengental. Proses memasak  membutuhkan waktu dua jam. [2]

Keunikan dan semangat mempertahankan tradisi inilah yang membuat Indonesia kaya, meskipun sudah terjadi perkembangan teknologi mesin dan industri yang merajalela. [2]

Air tebu yang mengental dimasukkan dalam cetakan batok kelapa atau kayu dan didiamkan hingga mengeras (menjadi gula merah). Gula ini kemudian dikemas dan siap dijual, baik didistribusikan ke pasar maupun langsung kepada wisatawan yang datang. [2] Keunikan dan semangat mempertahankan tradisi inilah yang membuat Indonesia kaya, meskipun sudah terjadi perkembangan teknologi mesin dan industri yang merajalela. [2]

Proses selanjutnya, dari sari tebu mengental akan berwarna kecoklatan. Ini disebut oleh penduduk lokal sebagai “tangguli” atau “manisan”.  Proses ini melelahkan, memakan waktu sampai 3 (tiga) hari. Setelah selesai, kemudian diolah lagi dan dibentuk dengan batok kelapa khusus sehingga kemudian menjadi gula saka serta siap untuk dipasarkan.  Tak dapat dipungkiri, gula saka ini sudah menjadi bagian pokok dari berbagai kuliner.  Rasa manis alami meberikan sentuhan beraroma khusus pada banyak makanan tradisional di Minangkabau. [8]

Menurut masyarakat Lawang, saka Lawang dipasarkan ke pasar-pasar tradisional di daerahnya, seperti Pasar Lawang Tigo Balai, Pasar Matur. Bahkan saat ini, saka lawang sudah banyak ditemui di pasar-pasar daerah lainnya, baik itu di Agam maupun di Sumatera Barat. [11] Ada yang membeli saka di Kilangan

Petani tebu di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam mengenai saka/gula, mereka mengatakan sebagian memproduksi gula semut. Gula semut menguntungkan secara ekonomis. Selama ini petani tebu hanya memproduksi saka (gula merah padat). Harga saka masih dikuasai pedagang. Gula semut lebih mahal harganya dari saka dan peluang pasar lebih luas,” [7]

Menurutnya, peningkatan penghasilan petani tebu terus diupayakan, bersama pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Agam dan jajarannya.

Dijelaskan Camat, Nagari Bukik Batabuah merupakan penghasil tebu utama di Canduang. Yang menggembirakan, wali nagarinya sangat aktif untuk memotivasi warga meningkatkan perekonomian. [7]

Camat berupaya meningkatkan nilai jual produk petani, termasuk petani tebu. “Untuk itu, belum lama ini telah diberikan bantuan kepada petani tebu di Kecamatan Canduang, Ampek Koto, Matur dan Palembayan”. Bantuan antara lain pengadaan benih tebu unggul dan bantuan peralatan kerja, termasuk mesin mengolah tebu dan modal usaha. [7]

“Ke depan, kita berupaya saka dan gula, sebut produk petani Agam memasuki pasaran swalayan,”[7]

Nagari Lawang (masyarakat sekitar), telah memproduksi gula merah sejak zaman kolonial Belanda di tahun 1940-an. Gula ini yang kemudian dikumpulkan dan diekspor ke negara-negara Eropa. [2]  

Berkenaan dengan Gula (Gula Kristal), Banten diduga menjadi lokasi pertama membuat gula kristal di Indonesia. Hal ini berdasarkan adanya batu silinder di Museum Banten Lama dan lukisan peta Kota Banten tahun 1595. Baru ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di Pulau Jawa, kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka dan terus berkembang ke arah timur. [4]

Gulo-gulo Tareh

Gulo-Gulo Tareh/Tare adalah  Permen Legendaris dari Ranah Minang (gulo-gulo saka bagalimang tapuang). Permen ini berasal dari Kota Bukittinggi. Dalam bahasa Minang “gulo-gulo” artinya permen, sedangkan “tareh” itu berasal dari bahasa “kareh” yang berarti keras. Ada juga menyebut Gulo-gulo Tare.

Gulo-gulo Tareh/Tare merupakan permen tradisional yang sudah ada sejak dulu dan masih bertahan sampai hari ini. Walaupun, sudah banyak permen buatan pabrik di toko kue yang ada di Bukittinggi. Tahun 80-an, penjual gulo-gulo tareh masih mudah ditemukan dibanding tahun 2000. Penjual gulo-gulo tareh/tare semakin sedikit dan hanya berjualan pada hari pasar, atau hari libur. Pada hari libur, banyak wisatawan lokal yang ingin mencoba atau perantau pulang yang mengingat kembali, Jajanan masa kecil mengenai gulo-gulo tareh/tare, jajanan masa kecil (yaitu gulo-gulo tareh/tare). [9] Mengenai Gulo-gulo Tareh/Tare Baca Gulo–gulo Tare Khas Minang, Nostalgia https://lizenhs.wordpress.com/2022/07/30/gulo-gulo-tare-khas-minang-nostalgia/

Gulo-gulo tareh ini masih dijual di Pasar Atas, Pasar Bawah, atau Pasar Lereng, Bukittinggi. Permen (gulo-gulo) tareh tidak dijual di pasar Ateh Ngarai. [10]

Gulo-Gulo Tareh/Tare Bukittinggi

Gulo-gulo Tareh/Tare merupakan permen tradisional di Bukittinggi yang sudah ada sejak dulu dan masih bertahan sampai hari ini. Walaupun, sudah banyak permen buatan pabrik di toko kue yang ada di Bukittinggi. Tahun 80-an, penjual gulo-gulo tareh/tare  masih mudah ditemukan dibanding tahun 2000. Penjual gulo-gulo tareh/tare semakin sedikit dan hanya berjualan pada hari pasar, atau hari libur. Pada hari libur, banyak wisatawan lokal yang ingin mencoba atau perantau yang mengingat kembali, jajanan masa kecil. [10]

Pada hari biasa, sulit menemukan penjual gulo-gulo tareh/tare, kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak ada. Tapi hari Rabu dan Sabtu (hari pasar di Bukitinggi), penjual gulo-gulo tareh/tare lebih mudah ditemukan di pasar. Tidak ada permen tradisional lain, selain gulo-gulo tareh/tare. [10]

Gulo-gulo tareh/tare, berwarna coklat, berbentuk tidak beraturan, panjangnya kira-kira 2 cm, dan dilapisi tepung ubi warna putih. Tepung ubi berfungsi agar gulo-gulo tareh/tare tidak lengket/menyatu satu dengan yang lain. Gulo-gulo tareh/tare diletakkan di atas nampan, sebagian sudah dimasukkan ke dalam plastik kecil dengan harga Rp. 10.000. Sedangkan, yang lain di masukkan ke dalam plastik sesuai pesanan pembeli, misal pembeli minta 1 kg atau 1/2 kg, atau sekedar mencoba rasa gulo-gulo.  Gulo-gulo tareh/tare, terbuat dari gula tebu tanpa bahan pengawet.  Permen ini cukup keras kalau digigit, saat dimasukkan ke mulut. Permen dihisap sampai kecil, setelah itu digigit. Rasanya manis, sangat manis, tanpa bahan pengawet. [10]

Permen ini (Gulo-gulo tareh/tare) akan lembek, jika disimpan di dalam suhu ruangan dalam waktu yang lama, apa lagi jika tepung ubinya habis, permen satu dengan yang lain dapat menyatu dan lengket. Agar tahan lama, permen ini dapat dimasukkan ke dalam lemari pendingin atau toples kedap udara.  [10]

Pada hari biasa, sulit menemukan penjual gulo-gulo tareh, kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak ada. Tapi hari pakan (pasar) di Bukitinggi (hari Rabu dan Sabtu), penjual gulo-gulo tareh/tare lebih mudah ditemukan di pasar. Tidak ada permen tradisional lain, selain gulo-gulo tareh/tare.[10]  

Permen ini (gulo-gulo tareh/tare) akan lembek, jika disimpan di suhu ruangan dalam waktu yang lama. Jika tepung ubinya habis, permen satu dengan yang lain dapat lengket atau menyatu. Agar tahan lama, permen ini dapat dimasukkan ke dalam lemari pendingin atau toples kedap udara. 10]  Dengan kata lain permen ini (gulo-gulo tareh/tare) dapat dimasukkan ke dalam lemari pendingin atau toples kedap udara.

WISATA

Pengertian Wisata

Menurut pendapat dari Koen Meyers (2009), pengertian wisata adalah sebuah kegiatan yang berupa perjalanan sementara waktu yang dilakukan seseorang di luar tempat tinggalnya. Menurut Meyers, orang berwisata ingin memenuhi rasa ingin tahunya tentang tempat yang ia tuju, menghabiskan waktu liburan, atau aktivitas menghabiskan kekayaan. [12]  

Menurut pendapat Harahap (2018), pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara objek wisata merupakan tempat yang menjadi pusat daya tarik dan dapat memberikan kepuasan khususnya pengunjung.[12]

 “Nagari Lawang sekarang dikembangkan  jadi Desa Wisata, disamping viewnya Danau Maninjau, dari Puncak Lawang.  Masyarakat Lawang memanfaatkan  berkebun tebu,  membuat saka dan memanfaatkan tenaga kerbau (mangilang/kilang), itu adalah sebagai parawisata. [13]

Kilang tebu rakyat yang terbuat dari kayu dan digerakkan oleh tenaga kerbau, menarik perhatian wisatawan  mancanegara (wisman).  Yaaa, “Kegiatan kilang tebu rakyat  sering menjadi tontonan wisatawan di daerah Lawang.” [14]

Namun disayangkan, kilang tradisional itu sudah banyak yang rusak. Saat ini yang masih berfungsi hanya beberapa unit.

Kini yang banyak digunakan petani tebu untuk mengilang adalah mesin (buatan pabrik). Kilang tabu seperti itu kurang menarik bagi wisatawan, terutama wisman (wisatawan mancanegara). Kini tebu selain diolah menjadi saka (gula merah padat) dan gula semut, Tebu dijual batangan kepada pedagang air tebu. [14]

Wisman (Wisata Mancanegara)

Berbicara tentang tebu, potensi wisata Sentra perkebunan tebu, utamanya di Lawang (Kecamatan Matur), Bukik Batabuah, Lasi (Canduang) serta Sungai Landia (IV Koto), Provinsi Sumatera Barat. [14i] 

Lawang yang berada diwilayah Kabupaten Agam, Sumatera Barat merupakan daerah penghasil tebu yang terkenal. Mata pencaharian masyarakat Puncak Lawang adalah berkebun tebu. Warga Puncak Lawang tidak hanya berkebun tebu juga mengolah tebu tersebut langsung, bahkan hingga saat ini masih ada kilang tebu yang menggunakan proses penggilingan tebu menggunakan tenaga kerbau, satu dari beberapa kilang tebu yang melakukan hal tersebut adalah Kilang Tebu Tradisional milik Pak Asrul yang berada di Jalan Panorama Puncak Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam. [1].  

Yang lain diantaranya  Pak Malin, Pak Ilyas, banyak lagi yang lain. Saat ini, masih ada industri gula tebu menggunakan proses penggilingan tebu tenaga kerbau. Satu dari beberapa industri rumahan Saka, masih menggunakan tenaga kerbau adalah Kilang Tebu Tradisional Ni Des milik Pak Asrul yang berada di Jalan Panorama Puncak Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Terkait potensi wisata.  Sentra perkebunan tebu utama adalah  Lawang, Kecamatan Matur. Kabupaaten Agam , Provinsi Sumatera Barat. 

Lokasi wisata lain (berikutnya adalah Bukik Batabuah (Candung Koto Laweh), Lasi (Canduang) serta Sungai Landia (IV Koto) [14] Bukik Batabuah di Kecamatan Candung, Kabupaten Agam, Sumbar. Lasi di kecamatan Candung, kabupaten Agam, provinsi Sumbar.  Sungai Landia  kecamatan IV Koto, kabupaten Agam, Sumbar.

Lebih lanjut Uni Des pemilik kilang tabu mengatakan: “ia tidak mengira sebelumnya, kilang Tabu miliknya menjadi daya tarik bagi wisatawan berkunjung untuk melihat Panorama Puncak Lawang, mampir ke tempat ia mengilang tabu.” [15]

Yaa, setelah dipindah ke dekat Puncak Lawang, Kecamatan Matur, tempat produksi gula merah Uni Des banyak dikunjungi oleh wisatawan. Efeknya memberikan peningkatan pendapatan, karena wisatawan dapat membeli gula merah langsung di tempat produksinya, tidak perlu jauh-jauh ke pasar. [2]

 “Tidak hanya para wisatawan saja yang ikut mampir, seperti stasiun TV Swasta juga pernah mampir untuk melakukan liputan,” ujar Uni Des. Ia menambahkan, sejak usaha pengilang tabunya (tebunya) pindah kesini, saka Lawang yang telah diolahnya tidak lagi ia jual ke pasar, ia dapat menjual langsung di tempat ia mengolah saka kepada para pengunjung wisata.[15]

Nagari Lawang selain diingat melalui berbagai objek wisatanya, juga terkenal sebagai sentra produsen tebu. Saccharum officinarum, begitu nama latin tanaman yang tumbuh subur di daerah Lawang. Topografi dan keadaan alam Lawang memang cocok untuk pengembangan tanaman tebu. [11]

Tulisan Mangilang Tabu, Es Air Tebu, Saka, Gulo Tareh dan Wisata (BAGIAN PERTAMA) dan (BAGIAN KEDUA) berhubungan dengan Air Tebu Murni, Kesehatan, Kecantikan dan Efek Sampingan https://lizenhs.wordpress.com/2023/07/20/air-tebu-murni-kesehatan-kecantikan-dan-efek-sampingan/#more-5710

Terimakasih atas kunjungannya ke Bukik Ranah Ilmu  https://lizenhs.wordpress.com/  Semoga kunjungannya bermanfaat,  memberikan wawasan dan menambah pengetahuan (bagi yang membacanya), dengan kata lain kunjungannya memberikan tambahan  pengetahuan (bertambah pengetahuannya). Bila Anda suka beritahu temannya yaaaaa!!

BACAAN/PUSTAKA/SUMBER

1   https://www.jelajahsumbar.com/giling-tebu-pakai-kerbau-disini-tempatnya/

2   https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/07/02/gula-saka-khas-nagari-lawang-pakai-tenaga-kerbau-hingga-obyek-wisata

3   https://id.wikipedia.org/wiki/Tebu 

4   https://lp2m.unej.ac.id/kapan-tebu-masuk-nusantara/

5   https://budaya-indonesia.org/saka-gula-merah-khas-minangkabau-yang-dibuat-dengan-mangilang-tabu

https://padek.jawapos.com/pariwisata/06/11/2021/yuk-ke-jl-a-yani-padang-ada-es-tebu-sumatera-pelepas-dahaga-aneka-rasa/

https://kinciakincia.com/berita/2449/petani-cabai-butuh-informasi-harga-dan-cuaca-yang-/

http://tourisminnovator.blogspot.com/2014/12/saka-bukik-batabuah.html

https://budaya-indonesia.org/gulo-gulo-tareh

10 http://jamgadang04.com/gulo-gulo-tareh-permen-tradisionaldi-bukittinggi/.html

11 https://suhanews.co.id/penggilingan-tebu-tenaga-kerbau-daya-tarik-wisata/

12 https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-wisata-jenis-dan-manfaatnya-bagi-manusia-kln.html

13 https://www.rri.go.id/sumatera-barat/daerah/207964/desa-wisata-lawang-kolaborasikan-keindahan-alam-dan-kebiasaan-masyarakat

14 http://infopublik.id/kategori/nusantara/295281/kilang-tebu-rakyat-di-agam-menarik-minat-wisman  

15 ttps://amcnews.co.id/2018/09/05/mangilang-tabu-jadi-daya-tarik-wisatawan-di-nagari-lawang/


Leave a comment

Categories